Thursday, August 10, 2017

Menerawang Lawang Sewu Semarang

Lawang Sewu dalam bahasa Indonesia bisa berarti ‘seribu lawang’, meski tak benar-benar pintu, dan jumlahnya tak benar-benar seribu. Mungkin karena dari kejauhan, deretan jendela lebar dan panjang ini nampak seolah seperti  pintu dan berjumlah amat banyak.

Menurut Wikipedia, awalnya Lawang Sewu merupakan kantor dari Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Meski tak paham bahasa Belanda, kata ‘spoorweg’ membuat saya mengerti mengapa orang Jawa meyebut kereta api dengan kata ‘sepur’. Mungkinkah ini merupakan salah satu kata serapan? Hmm...

Lawang Sewu ini dibangun pada tahun 1904 hingga tahun 1907. Letaknya ada di bundaran Tugu Muda Semarang, yang dahulunya disebut Wilhelminaplein. Setelah jaman kemerdekaan, bangunan kuno berlantai dua ini dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI), atau sekarang PT. Kereta Api Indonesia.

[caption id="attachment_1723" align="aligncenter" width="691"] Semarang di malam hari berlatar Lawang Sewu. (foto: Sandra Palupi)[/caption]

Sempat, gedung tua ini dipakai sebagai Kantor Kodam IV/Diponegoro dan Kantor Wilayah Kementrian Hubungan. Sedangkan pada masa perjuangan, gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri, yaitu ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang pada 14-19 Oktober 1945. Saksi pertempuran hebat antara pemuda AMKA (Angkatan Muda Kereta Api) melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Oleh karenanya Pemkot Semarang memasukkan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan bersejarah yang harus dilindungi.

Kini Lawang Sewu mulai terasa geliatnya dan banyak dikunjungi wisatawan, setelah cukup lama tak terurus. Selain itu, banyak program menarik diadakan di Lawang Sewu ini. Kelompok Komunitas Seni Rupa ORArT ORET pernah mengadakan kegiatan menggambar sketsa gedung Lawang Sewu beramai-ramai, pernah juga murid SMA Kolese Loyola dengan Gamelan Soepra-nya mengadakan konser musik. Gamelan Soepra yang konon diberi nama oleh Bung Karno ini mampu memecah aura mistis Lawang Sewu ini di malam hari. Pernah juga, salah satu program stasiun televisi yang menampilkan tema horor meliput tempat ini.

[caption id="attachment_1724" align="aligncenter" width="900"] Komunitas ORArt ORET beramai-ramai membuat sketsa tentang Lawang Sewu. (foto: Sandra Palupi)[/caption]

Memang, di balik gedung yang indah dan besar ini, terdapat cerita misteri yang cukup mengerikan. Seperti yang diberitakan situs wisataini.com, beberapa cerita misteri itu antara lain tentang noni Belanda korban perkosaan tentara Jepang. Usai diperkosa di Lawang Sewu, tentara Jepang langsung memenggal kepalanya. Ada juga bayangan di langit lantai tiga yang konon, ‘panggilan’ seorang juru kunci dapat membuat Anda melihat sosok bayangan yang menggantung di langit-langit. Tak semua pengunjung bisa mendapat kesempatan ‘istimewa’ tersebut. Dan masih banyak lagi,...cerita menyeramkan lain yang membuat saya sulit tidur.

Memang, di sana terdapat Ruang Penjara Berdiri, yang dahulunya digunakan sebagai tempat menampung para tahanan. Mereka dimasukkan ke tempat itu secara berdesak-desakan dan sangat tragis, bahkan tidak sedikit dari mereka yang meninggal dunia di tempat.  Demikian pula dengan penjara jongkok dengan fungsi yang sama.  Mungkin kisah-kisah sadis inilah yang membuat orang percaya mistik, muncul berbagai ‘penampakan’ yang menyeramkan.

Aduh, saya jadi seperti menakut-nakuti para traveler nih...

Singkirkan kengerian itu.  Banyak spot oke di Lawang Sewu untuk Anda bisa berfoto ria. Kereta Api kuno, gedung tua dengan deretan jendela besar, taman yang tertata rapi dan asri, dan lain sebagainya. Jika Anda penasaran, Anda bisa datang dengan membayar tiket masuk Rp.10.000,- untuk masuk ke ruang bawah tanah harga tiket Rp. 30.000,-.Jam operasional mulai pukul 07.00WIB hingga 21.00WIB.

Yah, menerawang Lawang Sewu Semarang, Anda akan semakin terbayang.

 
Load disqus comments

0 comments